Kisah Hero Phoveus: Mantan Pejuang Moniyan yang Penuh Dendam - Teh90blog

Kisah Hero Phoveus: Mantan Pejuang Moniyan yang Penuh Dendam


Pada zaman modern Moniyan, sebagian besar dari mereka yang dijatuhi hukuman mati akan dikirim ke medan perang. Diberikan kematian yang begitu mulia adalah bentuk kemurahan hati terakhir dari Moniyan untuk para penjahat yang tak termaafkan ini.

Disitulah nasib Phoveus berada sekarang, dikurung di penjara dalam kereta bersama beberapa narapidana lainnya, dan melihat dunia di luar jeruji besi dengan ekspresi kosong. Sejauh mata memandang, tidak ada apa - apa selain tulang belulang orang mati yang bertebaran di sepanjang jalan, kicauan burung gagak selalu terdengar seakan menunggu santapannya yang segera datang. Sungguh tempat yang menyedihkan, sesuai dengan namanya, Barren Land (Tanah tandus), Land of Despair.

Tak ada lagi yang bisa Phoveus pikirkan, selama ini yang dia miliki hanyalah masa lalu yang kelam dan penuh dengan penderitaan. Dia sebenarnya memiliki ambisi yang tinggi, dan berencana menggunakan kekuatannya untuk merebut kembali kejayaan Moniyan Empire. Berbagai kejayaan telah ia dapatkan dari pertempuran yang telah ia menangkan. Pencapaian Phoveus yang begitu banyak bahkan dapat digunakannya menjadi Kapten untuk barisan timur Moniyan Empire, atau begitulah yang dia pikirkan.
 
Namun, langkahnya tersebut harus berhenti karena posisi yang telah dia impikan itu ternyata diambil alih oleh putra dari seorang pejabat yang telah mendapatkan posisi khusus. Dikuasai amarah, Phoveus langsung mencari putra pejabat tersebut untuk melawannya dalam sebuah duel, namun dia tidak dapat menahan amarahnya dan akhirnya dia membunuh pria itu dalam duel tersebut, hukuman penjara pun langsung dia dapatkan. Bahkan, hukuman penjaranya tersebut kini bertambah menjadi hukuman mati. Sejak saat itu, dia mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi sebagai narapidana. Hingga akhirnya kini dia dipindahkan ke Barren Lands untuk melakukan pertempuran terakhirnya, menjalani hukuman matinya dengan bertempur melawan iblis di garis depan.

Lamunan Phoveus akhirnya terhenti setelah ia tiba di barak. Tentara mendorong mereka turun dari kereta dengan tombak panjang seperti layaknya seekor ternak, dibariskan dengan rapi, membentuk sebuah regu pasukan baru dengan nama tim terpidana mati. Sebagai ganti dari pakaian prajurit yang biasa (Baju besi yang bagus dan helm), para narapidana ini hanya dibekali dengan pedang pajang yang telah tumpul, tidak diberikan perlengkapan untuk pertahanan sama sekali. Walaupun begitu, tugas mereka adalah untuk mencegah serangan kekuatan iblis pertama dan yang paling kejam.


Tak membutuhkan waktu yang lama untuk bersiap, terompet perang akhirnya dibunyikan. Phoveus berdiri di barisan pertama paling depan dan langsung mulai menyerang makhluk yang keluar dari kedalaman Abyss. Satu persatu rekan di sampingnya mulai tumbang, sejak awal mereka memang telah paham bahwa pedang tumpul yang mereka pegang tidak akan sanggup menahan serangan iblis yang begitu kejam. Menginjak tanah yang berair, Phoveus menyadari bahwa tanah itu kini telah dipenuhi dengan darah teman - temannya.

Para prajurit iblis sangat brutal dan tak tertandingi. Tidak terlihat seperti peperangan, adegan tersebut lebih menyerupai pembantaian, dan Phoveus memahami bahwa satu - satunya kesempatan untuk selamat dari pembantaian yang kejam ini adalah dengan menjadi salah satu dari mereka. Tidak peduli berapa banyak musuh yang dia musnahkan di hadapannya, yang lain selalu bangkit untuk menggantikan mereka dan mendatanginya tanpa henti. Dia sangat ingin memiliki kekuatan yang besar, untuk bertahan hidup, dan mengendalikan takdirnya sendiri, dia menolak untuk menyerah dan tidak menerima kekalahan. Walaupun lengannya sekarang mulai kelelahan karena pertarungan tanpa henti, kakinya lemah, kekuatan dari keinginannya yang memaksanya untuk terus berjuang.

Entah berapa banyak iblis yang berhasil Phoveus bunuh, ia kini sudah mulai kehilangan kesadarannya, terpisah jauh dari pasukan utama, Phoveus mulai menyadari bahwa hidupnya kini akan berakhir, terduduk lemas di tempat yang asing, dengan gundukan batu misterius di dekatnya. Setelah membelah kepala musuh yang terakhir, Phoveus akhirnya jatuh ke tanah karena kelelahan. Ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat sesuatu seperti cahaya keunguan, cahaya yang bersinar tidak jauh darinya.

Tepat pada saat itu, kekuatan aneh mengangkat tubuh lemah Phoveus dari tanah, dan menuntunnya bergerak sekali lagi. Ketika dia berhenti, dia menemukan sesuatu yang tak biasa terletak di hadapannya di antara batu - batu misterius, sesuatu yang nampak seperti sangkar. Dia ragu sejenak sebelum memutuskan untuk membawanya, namun setelah menyentuhnya, cahaya aneh di dalamnya padam dan menghilang.

Dalam perjalanannya kembali, Phoveus bertemu dengan sekelompok kecil prajurit yang juga terpisah dari pasukan utama. Mereka sangat terkejut dengan kemunculan mendadak Phoveus.

"Bagaimana mungkin seorang terpidana mati yang ditempatkan di garis depan dapat kembali dengan utuh?" Ucap salah satu rekan mereka setelah melihat tubuh Phoveus yang masih bugar setelah melawan Abyss di barisan terdepan.

Tanpa ragu, Mereka langsung menyambutnya dengan hangat. Meskipun tidak tertarik untuk membawa orang lemah seperti teman - temannya yang telah gugur di pertempuran, Phoveus tahu bahwa dia tidak akan dapat bertahan sendirian di Land of Despair. Kebencian yang membara atas kekuatannya yang lemah kini mulai memenuhi pikirannya. Hingga akhirnya mulai terdengar suara asing yang memasuki kepalanya.


"Lihatlah aku, Phoveus..." Suara aneh tersebut seakan tahu isi dari pikiran Phoveus.

"Siapa itu?" Sambil menolehkan kepalanya untuk mencari sumber suara itu, Phoveus menyadari bahwa tidak ada orang lain yang mendengarnya, atau bahkan bersuara.

"Dengarkan suara hatimu, Phoveus. Kamu menginginkan kekuatan yang hebat, bukan?"

Gumaman pelan terus melintas ke arah Phoveus, dan terdengar di dalam kepalanya. Tak ada orang yang bergumam seperti itu sepanjang hidupnya, suaranya terdengar berat dan mengerikan, seperti suara iblis yang diceritakan banyak orang saat dia masih ada di Moniyan. Phoveus kemudian menyadari bahwa mungkin saja suara itu berasal dari sangkar misterius yang dia temui di tengah pertempuran. Dan benar saja, sumber suara tersebut datang dari roh yang terkurung di dalam sangkar yang dibawanya, benda yang memancarkan cahaya aneh.

"Kekuatan.... Itu karena aku tidak cukup kuat. Itu sebabnya aku akhirnya terbawa oleh orang - orang rendahan ini. Itulah mengapa aku hampir tidak dapat mempertahankan hidupku sendiri di medan perang terkutuk ini. Kekuatanku yang lemah adalah satu - satunya alasan aku membiarkan para anggota militer yang kurang ajar itu memanipulasiku seperti ini. Seandainya aku cukup kuat, aku dapat lolos dari kurungan dunia ini." Ucap Phoveus dengan penuh amarah. Batu yang digenggamnya bahkan langsung hancur karena emosi yang tidak dapat terbendung lagi.

"Kalau begitu, terimalah kekuatanku, Phoveus. Tidak ada yang dapat menandingimu dengan kekuatan ini." Jawab iblis tersebut dengan yakin.

Seolah telah mendengar pikiran terdalamnya, suara iblis itu makin lama makin terdengar jelas. Phoveus melanjutkan kehidupannya dengan kelompok kecil itu selama beberapa hari, kata - kata dari iblis yang terkurung itu terus saja bergema di pikirannya. Dia melilitkan rantai sangkarnya erat - erat di bahunya, mendekatkannya untuk membentuk koneksi sedekat mungkin. Mencoba berkoneksi dengannya secara langsung, tidak lagi mampu menahan hasrat membaranya untuk mendapatkan kekuatan.

Hari semakin gelap, dan pegunungan Rantha Mountain kini telah memudarkan cahaya matahari yang melintas di atasnya. Cahaya merah tua menembus garis awan, memancar melintasi Phoveus. Langit biru perlahan membuka jalan bagi kegelapan malam, dan kehangatan matahari yang memudar memberi jalan bagi udara dingin yang memancar dari bumi yang dingin. Orang - orang membuat api unggun dan berkumpul di sekitarnya, berbagi mug berisi minuman keras Moniyan untuk mencegah udara dingin yang menusuk.

Seperti biasa, Phoveus duduk agak jauh dari kerumunan. Dia memperhatikan saat mereka menikmati makan malam dengan gembira, aroma daging panggang dan minuman keras tercium diiringi oleh nyala api yang membara, suara tawa mereka yang keras, semua hal itu tergabung menyerang indranya. Sekarang, dia telah membuat keputusan, dan sudah tidak tahan lagi bergaul dengan orang setengah gila seperti mereka.

"Tunggu apa lagi?"

"Berikan penglihatanmu padaku, dan kekuatanku akan menjadi milikmu!"

Kali ini, ketika suara itu mulai terdengar kembali, Phoveus tidak ragu. Dia berdiri dan mengangkat sangkar itu tinggi - tinggi, dan di dalamnya, roh itu membentuk mata yang terbuka untuk memancarkan cahaya ungu yang membutakan. Pancaran dari kekuatan yang hebat itu membanjiri tubuh Phoveus dan menyebar ke sekitarnya, cahayanya sangat kuat sehingga membakar matanya sendiri. Namun sekarang, kekuatan tidak wajar yang ditanamkan di dalam dirinya memungkinkan Phoveus merasakan segala sesuatu di sekitarnya dengan luar biasa jelas.


Phoveus akhirnya terlahir kembali, dengan kekuatan barunya, dia mendatangi kelompok prajurit itu dan langsung membunuh mereka semua tanpa sisa. Kekuatan baru yang mengalir di dalam dirinya membuat Phoveus merasa tak tertandingi, dan dia mendongakkan kepalanya sambil tertawa. Segala penderitaannya telah tergantikan oleh kebahagiaan yang luar biasa, namun itu masih jauh dari cukup. Takdirnya masih tergantung oleh sangkar yang dia pegang.

"Ini adalah aku, Astaros, God of Terror. Pergilah ke dalam Dread Cave, dan bangkitkan tubuhku yang tertidur di dalamnya, Phoveus. Maka aku akan memberimu kekuatan yang lebih besar lagi!"

Phoveus memandang sangkar tersebut dengan arogan, dan mendengus dengan menghina. Kemudian, dia pergi melakukan perjalanan ke arah selatan menuju Abyss.

~Tamat~


Kata - Kata Phoveus

Tremble in my presence
Gemetarlah di hadapanku

I will crush your hope!
Aku akan menghancurkan harapanmu!

You don't pull strings herostaros, I do
Kamu tidak mengambil tali herostaros, akulah yang melakukannya

Now, I see through everything
Sekarang, aku dapat melihat semuanya

My power bends all wills
Kekuatanku membengkokkan semua keinginan

Do you hear the darkness speak its whisper tongue?
Apakah kamu mendengar ucapan iblis dari bisikan lidah?

The cage the weak with the word fate
Kandang akan lemah dengan kata2 takdir

Unseizable, ac tenebras!
Kegelapan, tak akan bisa dilewati!

Your fear will be my guidance
Ketakutanmu akan menjadi pemanduku

I see the unresting souls
Aku melihat jiwa2 yang gelisah

The world is unworthy for me
Dunia ini tidak berharga bagiku

Fear is always within you
Rasa takut akan selalu ada dalam dirimu

We all seek power, but all except one will become its slave
Kita semua mencari kekuatan, tetapi salah satu akan menjadi budaknya

Vicerimus!
Menang!

Loyalty is the only thing weaklings can offer
Kesetiaan adalah satu satunya hal yang dapat ditawarkan pada orang lemah

Death:

This won't be my end
Ini tidak mungkin menjadi akhirku

***

Itulah pembahasan saya terkait kisah hero Phoveus. Jika ada yang ingin kalian tanyakan silahkan tulis saja di kolom komentar.

Terima kasih

0 Response to " Kisah Hero Phoveus: Mantan Pejuang Moniyan yang Penuh Dendam"

Posting Komentar

*Berkomentarlah sesuai dengan isi postingan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel