Kisah Hero Julian, Sang Scarlet Raven dengan Senyumannya yang Kaku - Teh90blog

Kisah Hero Julian, Sang Scarlet Raven dengan Senyumannya yang Kaku

Kisah Hero Julian Mobile Legends

Sepuluh tahun yang lalu, di suatu malam di musim dingin, sebuah badai salju melanda benteng dari Guild Free Smith. Pasukan Church of Light dengan sadisnya membunuh, atau istilahnya bagi mereka yaitu "menyucikan" setiap Free Smith yang dipimpin oleh Terizla atas keputusannya yang telah tunduk kepada Abyss, dengan hanya menyisakan anak laki - laki yang masih berumur enam tahun.

Anak yang malang itu pun berkelana tanpa tujuan ke berbagai arah, merasa takut dan khawatir, hingga pada akhirnya ditemukan oleh Church saat keadaannya hampir mati kelaparan. Archbishop melihat ada bakat istimewa dalam diri anak itu dan memberinya nama Julian, seperti nama seorang pendeta kuno. Setelah itu, dikirimkanlah Julian ke Raven's Nest, sebuah akademi spesial yang tergabung dengan Monastery of Light.

Berada di puncak tebing, akademi itu merupakan rumah bagi anak - anak yatim berbakat yang dikumpulkan oleh Church. Anak yang muda, miskin, dan yang mudah ditipu adalah tipe favorit mereka. Archbishop berkata bahwa anak - anak yang ditinggalkan keluarganya tidak pantas mendapatkan kasih sayang, tetapi di tempat itu, dia akan memberikannya lebih dari sebuah kasih sayang, yaitu sebuah reinkarnasi, sebuah jiwa baru dengan kehidupan yang lebih baik dari kehidupan mereka sebelumnya. Lalu, sebagai bayarannya, mereka harus setia kepada Church dan menjadi "Raven", sebuah pasukan khusus yang menghapus seluruh orang munafik dan iblis dari muka bumi.

Dikarenakan trauma dan tekanan yang berat, Julian kehilangan ingatan mengenai kehidupannya di masa lampau, sementara ingatan yang masih tersisa memberikan luka yang mendalam kepadanya. Kesenangan dan kasih sayang, semua hal itu telah terkubur bersama gelapnya malam dimana dia kehilangan seluruh keluarganya. Kobaran api dengan berbagai teriakan yang menyelimutinya, mayat yang telah bergelimpangan, Julian mendapatkan mimpi buruk itu berulang - ulang setiap malam, hari dimana ibunya pergi meninggalkannya di sudut ruangan demi menyelamatkan hidupnya sendiri, memohon belas kasih kepada musuhnya, tanpa menoleh kebelakang sedikitpun untuk menyelamatkan Julian.

Kini hal yang bisa diingatnya sekarang hanyalah sebuah gerakan aneh, menarik sudut mulutnya dengan tangannya, dan membuat sebuah senyuman yang sangat kaku. Julian selalu melakukannya tanpa dia sadari, seakan - akan hati dan tubuhnya dapat mengingat sementara pikirannya tidak. Dia berusaha sekeras mungkin untuk mengingatnya, namun tak ada satupun ingatan yang muncul dalam pikirannya.

Anak - anak yang berada di Raven's Nest disebut Nestling. Mereka melakukan berbagai pekerjaan berat dan mempelajari buku dan cara bertarung yang berat di siang. Sementara saat malam telah tiba, mereka tinggal di kamar yang terpisah yang dibangun di sisi tebing untuk berdoa dan beristirahat. Setiap anak akan diberikan nama suci, sebagai bentuk kelahiran kembali mereka, sebuah nama yang mengandung doa, mantra, dan setiap kali mereka menolak untuk menjawab, hukuman akan menunggu mereka. Hukumannya dapat berupa cambukan biasa, atau yang lebih kejam seperti dipaksa menahan lapar dan dikurung di waktu yang cukup lama.

Para Nestling hidup dengan keadaan kesepian, dibesarkan dalam kesendirian, dengan doa sebagai petunjuk mereka dan kekerasan sebagai sifat alami mereka. Akan tetapi, Julian menemukan keluarga di antara "tamu - tamu" yang datang ke guanya, yaitu seekor tupai yang kelaparan, seekor burung pipit, dan kambing yang diberikan kepadanya untuk diberi makan. Di tengah dinginnya malam, para hewan yang sudah dianggap "keluarga" bagi Julian itu akan mendengarkan ocehannya, berbicara mengenai ketakutan dan kesendiriannya. Bagi Julian, para hewan yang menemaninya lebih terlihat seperti keluarga yang nyata, daripada persaudaraan dengan para anjing penjaga dan tuan boneka yang hidup bersama mereka.

Bersama "keluarganya", Julian bekerja dengan rajin di akademi dan menjadi salah satu murid yang paling hebat di bidang pekerjaan, akademik, dan pertarungan. Senang dengan perkembangannya yang luar biasa, Archbishop memuji Julian. Namun, para Nestling yang iri pun tak tinggal diam. Pada suatu malam, Julian kembali ke kamarnya, dan menemukan semua "keluarganya" telah tergeletak tak bernyawa. Sebuah penglihatan yang sangat mengerikan di kepalanya membuat Julian mengingat sesuatu, sebuah mimpi buruk yang dulu menghantuinya, tetapi dia melihat bayangan orang yang telah mati, dan bukan bayangan hewan. Merasa pusing dan muak, Julian tidak menyadari bahwa Nestling lain telah mengelilinginya.

Seorang Nestling berkata dengan penuh kegembiraannya "Tupai melambangkan ketidaksetiaan, Burung Pipit ketidakpedulian, dan Kambing untuk kelemahan. Keyakinanmu kini telah lemah, Julian, dan kau tidak pantas mendapatkan kasih sayang dan kelahiran kembali seperti orang - orang munafik itu."

Kata-Kata Julian Mobile Legends

Sesaat kemudian penglihatan Julian menjadi kabur, dia hanya dapat merasakan emosi yang telah mengambil alih kesadarannya. Dengan cepat Julian langsung melayangkan sebuah pukulan yang sangat keras, dan tak mengingat apapun setelahnya. Satu - satunya hal yang masih dapat diingatnya hanyalan seorang anggota pengurus yang telah menariknya, sementara Archbishop terlihat menyaksikan semuanya dari pintu masuk. Seorang Nestling terluka parah, terbaring di tanah, tidak sadarkan diri, sementara Julian berdiri dengan goyah sambil bersandar ke dinding, seluruh badannya gemetar, seakan - akan dirinya masuk ke dalam air yang sangat dingin.

Julian menutup matanya, dia tahu bahwa setelah peristiwa itu sebuah hukuman yang berat akan dia terima, tetapi ternyata tidak terjadi apa - apa.

"Rasa iri.... Memalukan, membuang tenaga saja. Asingkan dia!" Suara teriakan Archbishop memenuhi ruangan.

"Lalu bagaimana denganku?" Tanya Julian dalam hati.

Sang Uskup Agung itu pun lalu menepuk pundaknya dengan penuh rasa bangga yang sontak membuat Julian tak bisa berkata - kata.

"Kerja bagus, nak." Ucap sang Uskup Agung. Bingung dan ketakutan, tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Julian. 

"Kamu berhasil melewatinya di saat kamu terpuruk, ya?" Imbuhnya kepada Julian yang sedari tadi masih berdiri mematung dan tak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Pada saat itu Julian tak sadarkan diri. Dia melihat bangkai hewan di sudut ruangan yang kotor, dingin, dan tidak berdaya. Perkataan Nestling tadi sekarang mulai menggema di kepalanya "Imanmu lemah, tidak pantas mendapatkan kasih sayang dan kelahiran kembali seperti orang - orang munafik itu!"

"Benar, bukan?" Suara sang Uskup Agung terdengar seperti tangan yang tepat di lehernya, seolah akan mencekiknya dengan erat hingga menghembuskan nyawa, yang kemudian membuat Julian bergetar ketakutan. Setelah merasakan ketegangan itu, dia mengangkat sudut mulutnya dan memasang senyuman kaku di wajahnya.

Cahaya remang berwarna perak di pagi hari telah muncul di ufuk timur, menyinari setengah wajah Julian sementara setengahnya lagi tertutup oleh bayangan. Anak itu pun mengangguk pelan.

"Benar Yang Mulia. Aku berhasil melewatinya, demia kelahiranku kembali" Jawab Julian dengan segenap tenaganya yang masih tersisa, sambil tetap mempertahankan senyuman kaku di wajahnya.

Sang Uskup Agung lalu memegang rambut merah Julian, puas dengan ketabahan anak itu, "Rasa takut terhadap dirimu akan tertanam dalam diri semua makhluk hidup. Keputusanmu akan dipatuhi oleh setiap jiwa yang berada di muka bumi. Dan atas kuasamu, takdir mereka akan tertulis."

Sebuah cahata yang aneh pun mendadak memancar dari mata Julian yang gelap. Dia mengangkat tangannya dan memanggil sebuah senjata yang sangat asing, membuktikan dirinya di hadapan Archbishop. Tergerak karena pelukan hangat dan kata - kata yang menguatkan, seluruh pengalaman buruknya kini langsung sirna, anak itu telah sepenuhnya tunduk di hadapan Archbishop. Julian tahu untuk mendapatkan kasih sayang yang sangat besar, dia harus menjadi Raven yang terkuat.

Beberapa tahun telah berlalu, di usianya kini telah menginjak 15 tahun, para Nestling menghadapi ujian terakhir mereka sebelum dinobatkan menjadi bagian dari Raven, entah itu menyusup ke dalam markas lawan, memata - matai Abyss, atau memusnahkan orang munafik, bahkan seorang Nestling elit sekalipun akan menghadapi kesulitan saat melakukannya. Tetapi jika berhasil lulus, mereka akan diarahkan ke Monastery of Light, sebuah puncak menara yang bersinar yang berada di hadapan mereka, dengan wajah yang penuh harap. Hanya inilah satu langkah akhir yang dibutuhkan untuk menuju kelahiran kembali.

Akan tetapi, ujian tersulit berada di depan mata. Di sekitar Monastery, seseorang akan memanggil Nestling dengan nama lahir mereka. Jika mereka gagal bertahan, mereka akan diasingkan dan akan dianggap sebagai seorang munafik. Hingga akhirnya, tujuan di masa mendatang. Tujuan dari ujian ini adalah untuk menguji jika Nestling cukup setia untuk melupakan seluruh jati dirinya di masa lampau, jika Nestling telah menerima "kelahiran kembali".

Julian melalui ujian tersebut. Beberapa tahun terakhir, tidak sekali pun dia berani melupakan ucapan sang Uskup Agung kepadanya, bahwa seorang Raven harus melupakan masa lalunya. Tetapi masalahnya, dia bukanlah Raven sejati. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ada sesuatu yang mencegahnya untuk benar - benar melupakan semua masa lalunya. Dia tidak mengetahui apa hal itu, tapi tetap saja hal itu selalu melawan semua usahanya. Seperti dua suara yang berdebat di dalam pikirannya, antara Scarlet Raven dan seorang anak yang tersesat.

Di larut malam, Julian duduk sendiri di kegelapan dan secara tidak sadar melakukan gerakan aneh itu lagi. Mengapa dia harus tersenyum? Julian tidak tahu dan tidak terlalu memikirkan hal itu lagi, karena sekarang dia telah menjadi Raven yang terkuat.

Ketika Xavier menghancurkan tembok kota dan kabur bersama Yin dan Melissa, sang Uskup Agung mengutus Julian untuk menjalankan sebuah misi, "Pikiran Xavier yang malang telah diracuni oleh orang munafik, dia harus diberi pengampunan." Kini Julian ditugaskan untuk membunuh Xavier beserta dengan Yin dan Melissa. 

Butuh waktu tujuh hari lamanya bagi Julian untuk menyusul mereka, dan akhirnya kini dia telah menangkap pengkhianat itu bersama dengan Yin dan Melissa, dalam keadaan kelelahan dan terlihat lemah. Pertarungan tidak dapat terelakkan, dan terlihat tidak ada yang memenangkannya. Dalam pertarungan hebat itu, jubah Raven milik Julian terjatuh, yang membuat rambut merahnya yang terang terlihat. Setelah melihat rambut Julian, Xavier mendadak langsung terdiam, perlahan dia pun menyadarinya, dan menerima serangan telak dari Julian.

Xavier kini tidak mampu lagi untuk bertarung, tetapi dia masih berusaha melindungi Yin dan Melissa. Dia lalu mengatakan "Jika orang yang akan mensucikan aku adalah kamu, maka tidak masalah, karena bagaimanapun juga, ibumu..."

Belum sempat Xavier menuntaskan perkataannya, Julian langsung menghentikan serangannya, sontak badannya terdiam, matanya terbuka lebar, "Ibuku, kamu mengetahui siapa ibuku?" Tanya Julian kepada Xavier.

Xavier terlihat ragu untuk beberapa saat, karena dia tahu Julian telah berjanji untuk melupakan semua masa lalunya, hingga akhirnya dia merasa iba, dan mengungkapkan kejadian yang sebenarnya kepada Xavier. Di malam mengerikan sepuluh tahun lalu, Julian kecil disembunyikan di sudut ruangan oleh ibunya.

Ingatan malam itu lalu menyambar Julian seperti sebuah petir. Dia melihat wajah ibunya, sebuah ingatan yang selama ini menghantuinya ternyata adalah sebuah ingatan yang penuh kasih sayang. Dengan senyum penuh ketakutan di bibirnya yang bergetar, dia memegang wajah Julian, membuat senyuman di bibirnya, dan berkata "Ibu akan memancing mereka untuk pergi dari sini, semuanya akan baik baik saja. Jika kamu tidak tahu apa yang harus dilakukan, maka tersenyumlah."

Setelah mengatakan itu ibunya pun dibunuh oleh para Raven, sebelum Xavier menyadari bahwa Julian sedang bersembunyi di balik peti. Saat itu Julian tidak tahu apa yang telah terjadi atau reaksi apa yang harus dia perlihatkan. Satu - satunya hal yang dia ingat adalah ketika ibunya mengangkat kedua sudut bibirnya. Dia memaksa Julian untuk tersenyum sekalipun seluruh tubuhnya telah bergetar karena ketakutan.

Senyuman itu membuat hati Xavier bergetar. Xavier pun tersentuh, dan dia pun pergi bersama Raven dan menyisakan anak itu yang masih bersembunyi di balik peti. Begitulah kejadian yang sebenarnya, yang kini semuanya telah berhasil diingat Julian dengan sangat jelas.

Dia pun mengingatnya. Dalam sekejap, apa yang telah dilupakannya selama sepuluh tahun tiba - tiba menjadi jelas, hidup sebagai putra Free Smiths, api yang ada di perapian, kehangatan pelukan ibunya, dan mainan kayu yang diberikan ayahnya, tangan Julian bergetar dengan sangat hebat. Seorang Raven yang telah menemukan jati dirinya tidak lagi dapat memegang pedangnya tanpa ragu. Ibunya sangat menyayanginya dan mampu mengorbankan hidupnya untuk membuktikannya. Dia tidak pernah diabaikan ataupun tidak dicintai, kasih sayang yang selama ini dia kenal telah dicuri darinya.

Kata-Kata Julian Mobile Legends

Saat itu juga, tiba - tiba Alice muncul di pintu masuk sebuah gua dengan seluruh bala pasukannya. Xavier dan dua temannya telah berjuang melalui kejaran dan pertarungan. Mereka tidak akan mampu bertahan jika harus bertarung dalam kondisi seperti itu lagi, apalagi jika harus melawan pasukan iblis milik Alice. Di tengah situasi bahaya itu, Julian melangkah maju, berdiri di tengah Xavier dan pasukan iblis Alice. Di meminta Xavier dan kedua temannya untuk kabur melalui jembatan tali, sebelum nantinya Julian akan memotong talinya dan berhadapan dengan pasukan iblis untuk mengulur waktu bagi mereka.

Sebenarnya tujuan Julian bukanlah melindungi mereka. Memusnahkan para iblis merupakan perintah pertama bagi Raven, tetapi ini bukan lagi sebuah misi bagi Scarlet Raven, karena jika Julian ingin mengetahui lebih banyak hal mengenai kehidupan masa lalunya, maka dia memerlukan Xavier hidup - hidup, mungkin saja masih ada rahasia yang dia simpan darinya.

Sekarang Julian benar - benar telah terkepung oleh pasukan Alice. Dan maskipun keadaannya tidak menguntungkan sama sekali, Julian masih tetap melihat senyuman manis ibunya, dan untuk pertama kalinya setelah sepuluh tahun, senyumnya tidak lagi dipaksakan. Dia kini sepenuhnya berada dalam kedamaian. Julian akhirnya menemukan jati dirinya dan mengetahui cara tersenyum dengan tulus lagi.

~Tamat.~


KATA - KATA JULIAN

I am more than a weapon
Aku lebih dari sebuah senjata

No warms here
Tidak ada kehangatan disini

Memory completes me
Ingatan melengkapiku

On alert
Waspada

Danger, Addictive
Bahaya membuatku ketagihan

No question asked
Tidak ada pertanyaan yang diajukan

Colors
Warna

It is black, you see?
Ini adalah kegelapan, apakah kau melihatnya?

That smile is all I have
Hanya senyuman itu yang kumiliki

The snow, I recall
Salju, aku mengingatnya

Take what I owe
Ambil hutangku padamu

Name is Julian
Namaku Julian

Neither friend nor foe
Bukan teman, bukan juga lawan

Never look back
Jangan pernah melihat ke belakang

Closing in!
Mendekatlah!

Quit it!
Hentikan itu!

Don't run
Jangan lari

What for?
Untuk apa?

Where to?
Kemana?

After killing an enemy

It's never personal
Bukan masalah pribadi

It is my mercy
Ini adalah belas kasihku

You asked for it
Kamu yang memintanya

Death

Pitch black
Gelap gulita

Respawn

I find clarity
Aku menemukan kejelasan

It didn't hurt
Itu tidak sakit

***

Sekian pembahasan saya terkait kisah hero Julian. Apabila ada dari kalian yang menginginkan pembahasan kisah hero Mobile Legends lainnya, silahkan tulis saja di kolom komentar.

Jangan lupa selalu kunjungi teh90blog.com untuk mendapatkan info menarik lainnya seputar game Mobile Legends.

Terima kasih.

0 Response to "Kisah Hero Julian, Sang Scarlet Raven dengan Senyumannya yang Kaku"

Posting Komentar

*Berkomentarlah sesuai dengan isi postingan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel