Dangerous (2021) Film Review: Tidak Lebih Berbahaya dari Judulnya?
21/11/21
0 Komen
Cukup menarik melihat film ini disutradarai oleh David Hackl yang dulu menangani salah satu film dalam franchise Saw, setahu saya Saw IV atau Saw V gitu, udah lupa juga soalnya :v
Pokoknya, David Hackl ini dulunya pernah menjadi sutradara dalam salah
satu series Saw sehingga ekspektasi saya dalam film buatannya tahun ini
atmosfernya mungkin bakal tak jauh beda dari film Saw buatannya dulu.
Apalagi mengingat film ini bakalan nampilin karakter utama yang punya jiwa
psikopat, mirip lah ama John Kramer.
Namun, itu semua hanya sebuah ekspektasi saja, pasalnya film Dangerous
buatan David Hackl yang baru rilis pada 5 November lalu ini menurut
saya masih kurang memuaskan. Akan tetapi, sebelum menjelaskan alasan dibalik
opini saya tersebut, mungkin terlebih dahulu simak sinopsisnya dulu lah ya.
Film Dangerous menceritakan tentang Dylan Forrester, seorang pria yang
mengidap penyakit kepribadian antisosial yang membuatnya tak memiliki rasa
empati dan belas kasih. Akibat penyakitnya tersebut, Dylan akhirnya melakukan
banyak sekali kejahatan seperti percobaan pembunuhan, penyiksaan, dll hingga
akhirnya dia diincar oleh Agent Shaughessy, seorang agen F.B.I yang
berniat untuk menjebloskannya dalam penjara.
Dylan sebenarnya juga sedang berusaha untuk menjadi normal. Dia menjalani
pengobatan dengan Dr. Alderwood, seorang ahli terapis yang siap
sedia menangani kondisinya selama 24 jam. Semua proses penyembuhannya berjalan
dengan normal, sampai pada akhirnya rahasia terkait kematian adiknya mulai
terungkap.
Dari awal Dylan memang sudah digambarkan sebagai seorang yang jahat, penonton
seakan sudah dikasih clue jika orang yang menjadi pemeran utama dari film ini
merupakan karakter antagonis. Bagaikan bumi dan langit, adik kandung Dylan,
Sean, merupakan seorang ilmuwan jenius yang menjadi kebanggaan keluarganya,
dia bahkan mampu membeli pulau pribadi yang kemudian menjadi tempat tinggal
terakhirnya. Dikarenakan Dylan merupakan seorang kriminal, maka dia tidak
diterima saat datang ke pemakaman adiknya, dia bahkan diusir oleh Ibunya
sendiri supaya tidak menimbulkan kekacauan di acara sakral tersebut. Akan
tetapi, dibalik harumnya nama Sean, ternyata terdapat suatu hal yang
disembunyikannya yang akhirnya membuat keluarga tersebut berada dalam bahaya.
Mengetahui bahwa keluarganya diancam, Dylan kini harus dihadapkan pada situasi
yang sulit, di lubuk hatinya dia ingin menjadi normal, namun sisi lain dirinya
mengatakan bahwa dia harus membunuh semua orang yang mengganggu keluarganya.
Film ini secara garis besar sebenarnya telah berhasil dalam menggambarkan
seorang yang antisosial. Akting dari Scott Eastwood yang memerankan
Dylan memang patut diacungi jempol, sepertinya dia sudah bekerja keras untuk
mendalami karakter dari Dylan Forrester ini. Akan tetapi, yang sangat
sayangkan di film ini adalah minimnya adegan action. Padahal,
konfliknya sendiri sudah cukup menarik, dengan menampilkan berbagai pembunuh
bayaran sebagai karakter antagonis, namun semuanya terkesan sangat biasa aja
dalam pertarungan, nggak ada spesialnya gitu, seperti gampang banget buat
dikalahin.
Bahkan, final fight-nya pun terkesan tidak emosional, adegan
bertarungnya sangat singkat dan tidak terkonsep dengan cukup baik sehingga
saya yang menontonnya kayak ngerasa biasa aja gitu. Saya tidak tau apakah
David Hackl emang lebih memfokuskan film ini pada
genre mystery-nya saja sehingga porsi adegan action-nya emang
dibuat sangat minim, atau mungkin karena Scott Eastwood tidak dapat
beradegan action dengan cukup baik. Yang pasti, film ini menghilangkan
potensi yang besar pada karakter utamanya yang seorang antisosial. Harusnya
kan kalo orangnya antisosial geludnya bakalan sadis, kan dia nggak punya rasa
empati, jadi harusnya bisa lebih brutal daripada ini.
Ya kan dia sudah menjalani pengobatan, mungkin aja emosinya udah bisa
dikontrol?
Kalaupun Dylan sudah bisa mengontrol emosinya sejak awal, seharusnya dia tidak
perlu membunuh Blanchard yang merupakan salah satu anggota dari pembunuh
bayaran tersebut. Jadinya kan Dylan ini kayak labil gitu, sejak awal dah nggak
ngebunuh orang, eh pas di pertengahan akhirnya ngebunuh orang juga. Walaupun
nanti akhirnya dia juga memperoleh ijin dari terapisnya buat kembali menjadi
dirinya yang dulu, namun itu tidak membantu sama sekali karena ujung -
ujungnya adegan geludnya kek beberapa doang, kayak percuma aja gitu dia
kembali menjadi seorang pembunuh tapi hanya beberapa menit doang sebelum
ending.
Namun, terlepas dari semua kekurangannya itu, Dangerous masih menjadi film
yang cukup bagus untuk ditonton, alur ceritanya yang ringan untuk diikuti
serta pengambilan scene-nya yang cukup menarik membuat saya yang
menontonnya tidak merasa bosan sama sekali. Film ini juga tidak menampilkan
berbagai scene yang sadis sehingga aman buat ditonton bareng sama
keluarga.
Score
5/10
Score 5 saya berikan berkat minimnya adegan action yang harusnya
menjadi daya tarik utama dari film ini mengingat karakter utamanya yang
merupakan seorang antisosial.
Overall, Dangerous masih oke buat kalian yang menginginkan film
genre mystery dengan cerita yang nggak ribet serta nggak ada adegan
berdarahnya. Akan tetapi, buat kalian yang mengharapkan adegan
action yang bagus, mending tonton film yang lain saja atau kalian bisa
simak review film lain yang ada di blog ini, contohnya seperti
review film Nobody (2021).
***
Sekian yang dapat saya sampaikan terkait review film Dangerous. Jika
ada kritik maupun saran dari kalian, silahkan tulis saja di kolom komentar.
Jangan lupa untuk selalu kunjungi
teh90blog.com untuk
mendapatkan konten
review film
menarik lainnya.
Terima kasih.
TAGS:
Review Film
Topik Lainnya
0 Response to "Dangerous (2021) Film Review: Tidak Lebih Berbahaya dari Judulnya?"
Posting Komentar
*Berkomentarlah sesuai dengan isi postingan