Fear Street Part 3: 1666 Review
26/08/21
0 Komen
Setelah menyatukan bagian tubuh Sarah Fier yang hilang, Deena akhirnya mengetahui bagaimana awal kutukan ini terjadi. Secara mengejutkan, dia bergerak mundur ke tahun 1666 sebelum Sarah Fier digantung karena tuduhan menggunakan ilmu sihir. Yap, penutup trilogi ini akan menceritakan kehidupan Sarah Fier serta menjelaskan asal usul kutukan wilayah Shadyside dimulai.
Karena berlatar di tahun 1666, maka suasana dalam film ini juga semaksimal
mungkin digambarkan dengan persis seperti yang ada di tahun tersebut. Mulai
dari desain rumah penduduk yang sederhana, model pakaian mereka, serta
bagaimana kondisi sosial yang ditampilkan, semuanya memang sekilas nampak
seperti tahun 1666.
Leigh Nazak sebagai direktor dari film ini cukup sukses membawakan
bagaimana sikap dan perilaku manusia yang hidup di tahun 1666, dengan
menampilkan bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, yaitu dengan
berunding lalu langsung mengambil tindakan yang hanya berdasarkan naluri,
bukan berdasarkan fakta. Terlebih lagi, yang menjadi korban pertama dari
kutukan tersebut merupakan seorang pendeta yang memiliki ilmu paling tinggi.
Jadi, jika pendeta tersebut telah mati, maka tidak ada lagi pembimbing bagi
rakyat Union yang telah dibutakan oleh ilmu sihir. Kondisi tersebut
sangat relevan, karena pada zaman dahulu orang yang berpengetahuan lebih hanya
segelintir saja, dan jika mereka telah mati, maka para pengikutnya akan rentan
untuk terprovokasi. Kondisi itu digambarkan dengan jelas dalam film ini,
terutama saat scene para warga berkumpul di gedung pertemuan, lalu mereka
saling beradu argumen menentukan siapa yang bertanggung jawab atas masalah
yang menimpa wilayah mereka saat itu. Mereka dengan mudahnya saling mengatakan
argumen yang tak berdasar, karena memang tidak ada lagi orang yang dapat
membimbing mereka ke jalan yang benar, dan alhasil Sarah Fier-lah yang menjadi
kambing hitam atas semua permasalahan tersebut.
Pola pemukiman yang ditampilkan dalam film ini pun mengikuti dengan gaya
pemukiman penduduk era abad pertengahan, dengan meletakkan sebuah sumur di tengah, lalu
dikelilingi dengan rumah penduduk di sekitarnya. Model semacam itu
mengingatkan saya dengan game Banished yang berlatar pada abad
pertengahan dimana manusia masih menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian
dan perkebunan.
![]() |
Kiana Madeira, pemeran Sarah Fier serta Deena Johnson dalam trilogi berdarah ini |
Film ini sebenarnya memiliki alur cerita yang sangat menarik, namun entah
kenapa misteri yang disajikan sangat mudah untuk ditebak. Tak seperti 2 film
sebelumnya, orang yang menjadi dalang pembuat kutukan dari
Fear Street 1666 ini mudah untuk diprediksi. Menurut saya, seharusnya
nama karakternya sejak awal hanya berupa panggilan saja, tidak dijelaskan
dengan nama lengkapnya (kecuali Sarah Fier, karena nama tersebut sudah muncul
sejak awal trilogi ini dimulai). Jadi, genre misterinya tetap masih
akan berjalan kalaupun kita tahu bahwa Sarah Fier bukanlah penyihir yang
sebenarnya.
Selain itu, masih terdapat beberapa hal yang menurut saya seharusnya bisa
ditampilkan dengan lebih baik dalam film ini. Salah satunya yaitu kurangnya
feel
horor yang ditampilkan selama film ini berlangsung. Sama layaknya
part pertamanya, Fear Street 1666 lagi - lagi tidak menunjukkan
scene horor yang membuat bulu kuduk merinding. Malahan, film ini lebih
condong ke drama karena sebagian besar isinya hanya pendalaman karakter dari
Sarah Fier itu saja. Film ini kan mengambil tema penyihir dan satanisme, akan
tetapi gambaran 2 hal tersebut ditampilkan dengan seadanya saja, ditambah lagi
dengan musiknya yang tidak mencekam juga, sehingga menurut saya
Fear Street 1666 ini tidak ada seramnya sama sekali.
Dari segi thriller slasher-nya pun juga kurang begitu ditampilkan.
Malahan, menurut saya genre thriller-nya lebih dapet di
part pertamanya daripada part ketiga ini. Padahal, ekspektasi
saya sudah besar terkait karakter Cyrus Miller yang diceritakan di bagian
pertama bahwa ia membunuh dan mencongkel mata anak - anak dengan kejam. Akan
tetapi, scene tersebut hanya ditampilkan secara sekilas saja, udah
kayak kena cut dari KPI :v
Score
7/10
Nilai 7 saya berikan pada Fear Street 1666 berkat suksesnya atmosfer
yang diberikan selayaknya berada di tahun 1600-an. Walaupun masih memiliki
berbagai kekurangan, namun menurut saya itu masih dalam tahap yang wajar. Bisa
dikatakan, secara garis besar film ini menjadi penutup yang bagus dari trilogi
Fear Street.
Kesimpulannya, film ini sangat saya rekomendasikan buat kalian yang udah
menonton 2 film Fear Street sebelumnya, karena semua misteri yang ada
di film - film sebelumnya akan terjawab di film Fear Street 1666 ini.
Akan tetapi, buat kalian yang belum menonton trilogi
Fear Street manapun, saran saya silahkan mulai dengan menonton
Fear Street part one: 1994 terlebih dahulu, kalau masih bimbang kalian
bisa simak dulu reviewnya
DISINI.
***
Sekian postingan saya kali ini terkait review film
Fear Street part 3: 1666. Beritahu saya film apa lagi yang harus saya
review
selanjutnya di kolom komentar.
Jangan lupa juga untuk selalu kunjungi
teh90blog.com untuk
mendapatkan
review film
menarik lainnya.
Terima kasih.
TAGS:
Review Film
Topik Lainnya
0 Response to "Fear Street Part 3: 1666 Review"
Posting Komentar
*Berkomentarlah sesuai dengan isi postingan