Fear Street Part 1: 1994 Review - Teh90blog

Fear Street Part 1: 1994 Review


Sutradara: Leigh Janiak
Pemeran: Kiana Madeira, Julia Rehwald, Benjamin Flores Jr
Genre: Horor, Mystery

Fear Street merupakan sebuah film trilogi horor thriller dengan konsep yang unik dimana sambungan dari film ini memiliki timeline yang mundur. Walaupun saya saat ini belum melihat part kedua dan ketiganya, namun dengan hanya mendengar konsep tersebut saja sudah cukup membuat saya tertarik untuk mulai menonton trilogi film ini.

Cerita Fear Street part one ini berpusat kepada sebuah kelompok remaja SMA yang berjuang melawan teror dari penyihir yang sudah mati beratus - ratus tahun yang lalu. Film ini memang memiliki inti cerita dengan genre horor, namun sebagian besar kejadian yang ada di film ini malah terkesan thriller, tidak ada horornya sama sekali. 


Saya jadi teringat film a Nightmare on Elm Street dimana Freddy Krueger yang menjadi serial killer di film tersebut juga merupakan hantu. Fear Street kurang lebih juga seperti itu, para remaja SMA ini harus berjuang melawan teror yang berasal dari penyihir yang sudah lama mati.

Sejak awal film, Fear Street sudah menampilkan adegan thriller yang sangat menarik, dimana Heather yang diperankan oleh Maya Ray Thurman harus mati ditusuk oleh pacarnya, Ryan yang telah dirasuki oleh penyihir. Adegan pembunuhan tersebut terus berlanjut hingga Sam, Deena dan teman temannya terancam menjadi korban penyihir yang berikutnya. Mereka pun akhirnya mencari tau mengapa mereka yang menjadi target kutukan penyihir yang berikutnya. 

Fear Street menyajikan konsep film thriller yang fresh di tahun ini, karena biasanya dalam film thriller lain serial killernya hanya satu, tapi di film ini serial killernya ada 3 (Ngeri2 sedap gitu waktu nontonnya). Dan lebih parahnya lagi, serial killer yang ada di film ini tidak dapat mati dengan mudah, mereka bahkan dapat pulih kembali setelah hangus terbakar. 

2 faktor itulah yang membuat film ini sangat mencekam tiap detiknya karena kita juga dibuat penasaran tentang bagaimana cara mengakhiri teror dari penyihir tersebut.

Terlebih lagi, sepanjang film ini informasi terkait penyihir yang menjadi dalang tragedi berdarah ini masih sangat minim, sehingga membuat para penontonnya seakan ikut bertanya - tanya bagaimana penyebab awalnya mengapa kutukan tersebut bisa terjadi.
"Thriller yang bagus berisi serial killer yang tidak gampang terbunuh."
Kalimat tersebut menjadi pedoman saya menonton berbagai film dengan genre thriller, dan Fear Street ini ternyata menyajikan apa yang saya inginkan. Walaupun latar belakang setiap serial killernya hanya diceritakan secara sekilas, namun dengan karakter mereka yang dingin, keji, dan tanpa ampun saja sudah membuat saya puas melihat kengeriannya.

Adegan pembunuhan yang diperlihatkan dalam film ini juga tidak terkesan nanggung karena semua efeknya terlihat secara jelas, seperti kepala yang teriris, perut yang tertusuk, semuanya diperlihatkan seolah olah kita sendiri juga ikut melihatnya secara langsung. Jujur, efek seperti ini jarang sekali didapat, walaupun jika dibandingin ama Spiral: From the Book of Saw masih kalah jauh sih.


Untuk segi horornya, Fear Street bagian pertama ini memang sama sekali tidak menonjolkan sisi horornya (Feel horornya hanya kerasa waktu adegan Sam dapet vision tentang wajah penyihirnya). Selain itu? Tidak ada horornya sama sekali. Makanya, di awal tadi saya sempat menyinggung bahwa film ini memang lebih berfokus ke genre thriller daripada horor.

Sebagus - bagusnya sebuah film, pasti ada kekurangan di dalamnya karena sutradaranya hanyalah seorang manusia biasa yang pasti punya banyak kesalahan juga. Maka dari itu, walaupun menurut saya sendiri film Fear Street part one ini sangat menarik, namun sebenarnya masih terdapat beberapa kelemahan yang nongol sepanjang film ini berlangsung.

Satu-satunya kelemahan yang paling nampak dari film ini yaitu saat Ryan yang memakai topeng tengkorak membunuh resepsionis, pacar Sam, dan salah satu perawat di RS. Adegan itu sebenarnya sangat aneh, karena seharusnya orang yang dibunuh hanyalah orang yang terkena darah dari Sam. Sejak pertengahan sampai ending film logika tersebut terus dijalankan, dan hanya pembunuhan di RS itulah scene yang paling aneh menurut saya. Mengapa Ryan membunuh mereka? Apakah hanya karena dia diajak bicara? Hmm, sangat aneh.


Rate

8/10

Nilai 8 saya berikan kepada film Fear Street Part 1: 1994 ini berkat alur ceritanya yang menarik serta karakter serial killernya yang sangat kejam. Film ini sukses membuat saya teringat kembali film - film thriller masterpiece lainnya, seperti Hallowen dan a Nighmate on Elm Street berkat karakter serial killernya yang emang menarik.

Penempatan jumpscare serta backsound yang ditampilkan dalam film ini juga terkesan sangat natural dan tak berlebihan. Kualitas akting dari karakternya juga tidak bisa dibilang buruk. Overall, film ini sangat layak buat kalian tonton yang emang suka genre thriller dan gore yang pastinya udah biasa kalo lihat darah.

***

Itulah review film Fear Street Part 1: 1994 dari saya, jika ada tambahan dari kalian sebagai pembaca silahkan tulis saja di kolom komentar. Oiya, mungkin setelah ini saya juga akan melanjutkan menonton Fear Street part kedua dan akan saya buatkan juga review-nya besok.

Maka dari itu, selalu kunjungi teh90blog.com agar tidak ketinggalan infonya. Kalian juga bisa berlangganan artikel blog ini (GRATIS) dengan memasukkan alamat email kalian DISINI.

Terima kasih.

0 Response to "Fear Street Part 1: 1994 Review"

Posting Komentar

*Berkomentarlah sesuai dengan isi postingan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel